Duwet atau Juwet atau Jamblang (Syzygium cumini)

Di beberapa daerah di Indonesia, buah juwet dikenal dengan nama yang berbeda-beda antara lain: jambu kling (Gayo), jambe kleng (Aceh), jambu kalang (Minang kabau), jamblang (Betawi dan Sunda), juwet, duwet, duwet manting (Jawa), dhalas (Madura), juwet (Bali), klayu (Sasak), duwe (Bima), jambulan (Flores), raporapo jawa (Makasar), alicopeng (Bugis), dan jambula (Ternate).

Duwet memiliki bentuk buah yang terlihat seperti anggur, dengan karakter warna ungu kehitaman. Buah pada bagian batang akan berkelompok dan sangat menyenangkan untuk dipetik. Tapi sekarang buah duwet mungkin hanya ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit karena banyak pohon yang mulai di tebang. Di beberapa pasar tradisional buah duwet bisa ditemukan pada bulan September hingga Oktober. Tapi ternyata sekarang buah duwet banyak dicari karena terbukti bisa menyembuhkan beberapa jenis penyakit dan manfaat pohonnya secara keseluruhan. 

Buah Duwet (Syzygium cumini)

Salah satu bahan pangan yang berpotensi untuk dijadikan pewarna alami yaitu buah duwet (Syzygium cumini). Duwet adalah buah kecil berwarna ungu, dijual dengan harga murah dan disukai beberapa anak-anak. Kenampakan kulit buah yang berwarna ungu jika masak menunjukkan adanya kandungan antosianin. Jenis antosianidin dalam buah duwet adalah petunidin 3-rhamnosa  (Carmen, 2005).


Antosianin merupakan kelompok flavonoid dari senyawa polifenol dan merupakan glikosida turunan polihidroksi dan polimetoksi kation 2-fenilbenzopirilium. Antosianin yang ditemukan pada tanaman pangan umumnya berbentuk glikosida dan asilglikosida dari 6 antosianidin utama. Hasil pengujian kandungan total antosianin (metode pH-diferensial) dari buah duwet segar yang matang rata-rata sebesar 161 mg/100  buah segar matang. Bagian kulit buah mengandung antosianin sebesar 731 mg/100 g kulit buah. Kandungan kulit buah memiliki kandunga antosianin 4,5 kali lebih besar dibandingkan  buah utuh segar yang matang. Sehingga  dapat disimpulkan bahwa kulit duwet berpotensi sebagai sumber antosianin (Puspitasari, 2009). Seperti halnya antosianin secara umum, ekstrak pigmen antosianin buah duwet juga mengalami penurunan intensitas warna merah yang disebabkan karena meningkatnya nilai pH dari 1-8.  Selain itu, statbilitas antosianin pada pH-3 mengalami penurunan karena semakin meningkatnya waktu kontak dengan oksidator, sinar UV, pemanasan dan selama penyimpanan.


Proses ekstraksi antosianin buah duwet menggunakan 3 metode yaitu dengan maserasi, pengepresan dan kombinasi. Pengepresan-maserasi merupakan metode yang lebih mudah penerapanya. Sedangkan pemilihan etanol sebagai pelarut dipertimbangkan karena keamanan dan tidak toksik bila digunakan pada produk pangan. Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan merendam kulit atau buah duwet dalam pelarut. Ekstrak akan berlangsung lebih cepat jika dilakukan pengadukan salama perendaman berlangsung. Campuran disaring sehingga hanya mendapat pelarut dan pigmen antosianin. Pelarut dapat dipisahkan dari antosianin dengan proses evaporasi yang dilakukan pada kondisi vakum agar warna yang dihasilkan lebih baik. Hasil ekstraksi buah duwet tanpa biji dengan metode pengepresan-maserasi menghasilkan total rendemen tertinggi sebesar 11,5% serta kulit buah menghasilkan total rendemen yang tidak terlalu berbeda yaitu 11,48% (Satyatama, 2008).  

No comments:

Post a Comment

Pesan Anda